30 Agu 2015


Sungguh Biadab. Seorang anak yang masih berusia 15 tahun memaksa ibunya untuk membeli iPhone 6 Plus 64GB, dan parahnya iPhone itu untuk dijadikan hadiah kepada kekasihnya.

Hal ini diketahui setelah seorang penjaga counter memberitahukan bahwa kemarin dia mendapatkan pelanggan seorang ibu dan anaknya.

Dari pengakuan penjaga counter, si ibu itu kakinya sakit dan pincang saat berjalan, sekilas ibu terlihat tidak kuat untuk melangkah karena kakinya sakit.
   
Dengan ramah, si penjaga counter pun memberikan layanan kepada ibu dan anak yang ingin membeli iPhone ini.
Berikut ini percakapan yang terjadi antara si penjaga counter dengan sang ibu yang sakit dan anaknya:

Aku:- Assalamualaikum makcik, kami ada set handphone, laptop dengan barangan rumah. Ada tiga cara bayaran, cash, kad kredit dan ansuran mudah.
Ibu:- Kalau ansuran mudah macam mana cara dia?
Aku:- Kalau ansuran mudah, sediakan penyata gaji, salinan kad pengenalan dan penyata bank. Kalau malas nak pergi bank buat penyata bank, bagi je nombor akaun, saya buatkan penyata bank. Makcik nak apa, saya kirakan sekali bayaran bulanannya. Paling maksimum bayaran boleh sampai tiga tahun saja.
Anak:- Okay bang, berapa eh sebulan untuk iPhone 6 Plus 64GB dengan Samsung Note 4?
Aku:- *terus ambil kalkulator kira* Okay, kalau dua handphone, RM296 untuk sebulan selama 3 tahun.
(Sambil tersenyum aku tengok, muka makcik itu yang macam resah. Aku tahu makcik tu orang susah).
Anak:- Okay, Ibu jadi eh? Boleh eh?
Ibu:- (Hanya mampu mengangguk mengikut kehendak anak dia)
Aku:- Beli handphone sampai dua, satu siapa punya? Umur adik berapa?
Anak:- Yang Samsung Note 4 itu saya punya, yang iPhone 6 128GB tu saya nak hadiahkan kepada makwe saya bang. Minggu depan hari lahir dia. Umur 15.
Aku:- (Mengucap dalam hati, sambil geleng kepala. Ya Allah, macam ni sekali anak dia buat kat Ibu dia? Ibu dia yang bayar bulan-bulan, senang-senang je anak bagi kat makwe dia).
Ibu dia terus keluarkan dokumen, aku tengok penyata gaji Ibu dia sebulan cuma RM950.
Aku:- Okay makcik, nanti saya proses. Dalam masa seminggu akan dapat jawapan lulus ke tak.
Ibu:- Okay, baik dik. Terima kasih. (Dengan wajah seperti pasrah dengan kehendak anak dia)
Aku:- Sama-sama makcik. Datang lagi. (Aku senyum dengan rasa bersalah tengok keadaan Ibu dia yang kaki tempang berjalan keluar)


Percakapan di atas memang berbahasa Malaysia, karena peristiwa ini memang terjadi di Malaysia, namun menjadi viral di sosial media.

Bayangkan, masih kecil saja anaknya sudah memperlakukan ibunya seperti ini, bagaimana jika si anak kelak sudah besar? Apakah dia masih memperlakukan ibunya begini? Atau bahkan lebih parah?

Dalam batinnya, si penjaga counter pun berdo’a semoga Allah memberikan kekuatan kepada sang ibu, dan dalam penuturannya dia mengaku ingin menangis menyaksikan hal ini.

Untuk semuanya, janganlah memaksakan kehendak kita kepada orang tua kita, kasihani mereka yang berjuang mati-matian mencari nafkah untuk kita.

Silahkan share artikel ini kepada semua temanmu, supaya tidak ada lagi yang memperlakukan ibunya seperti ini.


 

29 Agu 2015

Saksikan live streaming liga inggris GRATIS

26 Agu 2015

Mengutip dari kata-kata Pak Jumari Haryadi Kohar.

 Jika Facebook atau media sosial ini ibarat sebuah buku tulis, maka isilah dengan tulisan yang menarik dan bermanfaat. Tidak perlu menulisnya ketika pikiran kita sedang tersesat, karena khawatir isinya penuh dengan sumpah serapah.


Menulislah ketika pikiran kita sedang sehat dan mempunyai kata-kata yang ada manfaatnya, minimal untuk diri sendiri. Kata-kata yang tidak beranfaat itu ibarat sampah yang bau dan musti dimasukkan ke dalam tong sampah.

Dan anehnya, masih banyak orang yang justru suka menulis atau memposting sesuatu yang membuat orang lain tersinggung. Menggoreskan sebuah luka hanya akan menimbulkan orang lain kecewa dan membenci kita.

 Sooo... Mulai sekarang, mari kita ubah cara kita bersosialisasi melalui media sosial dengan cara yang tepat. Pikirkan sesuatu yang ada manfaatnya, lalu tulislah ide tersebut menjadi sebuah status yang menginspirasi pembaca. Semakin banyak orang yang mengambil manfaatnya, itu lebih baik daripada mengumbar aib orang lain.


 

Lencana Facebook