15 Okt 2014

1. Teori Behaviorisme 
Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan.
Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan.

Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Analisis Teori : Dalam teori ini dapat dianalisa kalau seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya.

Perubahan perilaku itu terjadi karena adanya stimulu dan respon. Dimana stimulus merupakan apa yang diberikan seorang kepada orang lain, dan respon merupakan reaksi atau tanggapan terhadap stimulus yang diberika. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon sangat penting dalam terbentuknya perilaku. Misalnya ketika seorang Ibu mengajarkan kepada anaknya yang masih balita tentang cara berpakaian yang benar.

Stimulus yang tiap hari diberikan oleh ibu kepada anaknya secara terus menurus, maka akan membuat anak tersebut mengalami perubahan perilaku dan akhirnya bisa mengehtahui bagaimana cara berpakaian yang benar. Atau misalnya seorang remaja laki-laki berada pada lingkungan yang perokok maka dia pun akan terpengaruh untuk merokok. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement).

Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat (misalnya pada ibu dan anak). Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat (seorang remaja laki-laki).

2. Teori Kognitif 
Teori Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980.

Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikolog perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.

Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental.

Analisis Teori : Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif.

Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi secara klop dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa. Aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran.

Misalnya seorang guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.

Software Apotek MedStore 336x280

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar saudara akan sangat berarti untuk berjalannya blog ini.

Lencana Facebook