1. Social Categories Theory (Teori Katagori Sosial)
Teori Social Category (Melfin L. DeFleur) yaitu Individu yang masuk dalam kategori sosial tertentu/sama akan cenderung memiliki prilaku atau sikap yang kurang lebih sama terhadap rangsangan-rangsangan tertentu. Pesan-pesan yang disampaikan media massa cenderung ditanggapi sama oleh individu yang termasuk dalam kelompok sosial tertentu. Penggolongan sosial ini berdasarkan usia, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, ekonomi, agama dsb.
Dengan adanya penggolongan sosial ini muncullah media massa yang sifatnya spesial atau khusus yang diperuntukan bagi kalangan tertentu, dengan mengambil segmentasi/pangsa pasar tertentu.
Teori kategori sosial adalah teori sosiologis yang berhubungan dengan kemajemukan masyarakat modern, di mana dinyatakan bahwa masyarakat yang memiliki sifat-sifat tertentu yang sama akan membentuk sikap yang sama dalam menghadapi rangsangan tertentu.
Persamaan dalam orientasi serta sikap akan berpengaruh pula terhadap tanggapan mereka dalam menerima pesan komunikasi. masyarakat yang memiliki orientasi sama, lebih kurang akan memilih isi komunikasi yang sama dan akan menanggapi isi komunikasi tersebut dengan cara yang sama.
Analisis Teori :
Analisis teori kategori sosial beranggapan bahwa terdapat kategori sosial yang luas dalam masyarakat kota industri yang kurang lebih memiliki prilaku sama terhadap rangsangan-rangsangan tertentu. Kategori sosial tersebut di dasarkan pada usia, jenis kelamin, tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, tempat tinggal (desa atau kota) ataupun agama.
Misalnya dalam hubungan dengan komunikasi massa dapat di gambarkan bahwa majalah mode jarang di beli oleh pria, sedangkan majalah olahraga jarang dibaca oleh wanita. variabel-variabel seperti jenis kelamin, umur, pendidikan tampaknya turut menentukan slektivitas seseorang terhadap media yang ada. Contoh berikutnya misalnya majalah Bobo diperuntukan untuk anak-anak, majalah Bola (Soccer) diperuntukan bagi mereka yang senang olahraga. Begitu juga di media elektronik disajikan acara-acara tertentu yang memang diperuntukan bagi kalangan tertentu dengan memprogramkannya sesuai dengan waktu dan segmen khalayaknya.
2. Teori Interaksi-Simbolis
Suatu premis fundamental dalam sosiologi adalah bahwa segala makhluk merupakan makhluk sosial, sedangkan dasar kehidupan bersama dari manusia adalah komunikasi, terutama lambang-lambang, sebagai kunci untuk memahami kehidupan sosial manusia.
George Herbert Mead mangatakan ”Manusia mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan pihak-pihak lain, dengan perantaraan lambang-lambang tertentu yang dipunyai bersama”. Mead menyatakan bahwa lambang-lambang, terutama bahasa tidak hanya merupakan sarana untuk mengadakan komunikasi antar pribadi, tetapi juga untuk berpikir.
Manusia mungkin saja berbicara dengan dirinya sendiri dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya sendiri. Dengan cara demikian seseorang menyesuaikan perilakunya dengan perilaku pihak lain.
Tokoh-tokoh teori Interaksi-Simbolis adalah Manford H. Kuhn, Herbert Blumer, Ralph H. Turner, Howard S. Becker, dan Norman K. Denzin.
Analisis Teori :
Segala makhluk hidup baik itu manusia, hewan, dan tumbuhan, adalah makhluk sosial. Yang membedakan adalah komunikasi. Manusia berkomunikasi dengan simbol-simbol tertentu, baik itu huruf, musik, gambar, ataupun bahasa.
Dalam interaksi manusia sering menggunakan bahasa verbal maupun non verbal.
Dimana manusia di tuntut untuk bisa saling memahami dalam berinterkasi. Misalnya ketika seseorang mengatakan “Iya” biasanya selalu dibarengi dengan gerakan non verbal “menggerakan kepala keatas dan kebawah”.
Atau misalnya dalam kehidupan kita selalu tidak lepas dari lambang-lambang yang ada disekitar kita. Lambang-lambang biasanya menjelasakan identitas seseorang. Misalnya lambang Garuda Pancasila yang merupakan indentitas atau simbol dari Negara Indonesia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar saudara akan sangat berarti untuk berjalannya blog ini.